Bisimi'illahirrohmanirrahiim
Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh.
Alhamdullillahilladziy ‘allama bil qolam,
‘allamal insana maa lam ya’lam. Washollallohu
‘ala afshohillisani wa khoiril anaami, wa sayyidina Muhammadin wa ‘ala aalihi wa
shohbihi wa man tabi’ahum bi ihsanin ila yaumil kiyamah.
Segala puji hanya kepada Allah yang mengajarkan
manusia dengan perantara qolam. Mengajarkan manusia apa yang tidak
diketahuinya. Salam dan sholawat semoga senantiasa tercurah kepada Rasulullah Muhammad Saw, Yang telah
mengeluarkan kita dari alam yang gelap menuju kealam yang terang benderang.
Terkait dengan
Gelap terang benderang diatas.., pernah sesekali teman saya mengatakan.., Kayak
PLN saja…,
Iye’.. perlu kita tahu bersama bahwa…, Kata Gelap
terang itu adalah Arti dari GURU yang berasal dari bahasa sangsekerta
atau bahasa jawa kuno. Gu yang berarti gelap dan RU yang berarti terang, oleh
karena itu Rasulullah adalah guru yang terbaik..tentu saja dengan konsep-konsep
yang humastik.
Selanjutnya, saya mengucapkan terima
kasih kepada pengurus masjid dan jama’ah yang telah memanfaatkan waktunya pada
subuh hari ini
untuk melihat atau mendengarkan saya berkultum yang notabenenya hanya sebagai
pelajar... Disetiap saat saya selalu
menekangkan diri saya bahwa.., hidup adalah proses pembelajaran tanpa
henti-henti. Ini saya kutip dari pak. Andre Wongso seorang motivator Indonesia.
Pada kesempatan kali ini, judul Kultum
yang akan dibahas adalah
PESAN MENGGUGAH DALAM MENCARI ILMU
Jika kita mengambil kisah dari perjalanan
Syekh Yusuf Al Makassari,
sebagaimana yang ditulis oleh HM. Sirajuddin Bantang didalam bukunya yang
berjudul “ Jejak – Jejak Spiritual Syekh Yusuf.”
DIKISAHKAN
Suatu saat Daeng Tasammeng yang merupakan guru Syekh
Yusuf, berkata :
“ anakku Yusuf,
kau adalah anak yang pintar dan cerdas, diwajahmu kelihatan bahwa kamu anak
yang haus akan ilmu, kamu nampaknya akan menjadi seorang sufi ( ulama ) yang besar di permukaan
bumi ini.” Saya anjurkan agar kamu mencari guru yang lebih dari kemampuan saya.
Karena pada masa
itu, di kerajaan Gowa dikenal ada tiga tupanrita atau orang pintar dalam bidang
agama islam.
Yang pertama
I Dato’ Ri Panggengtungan, Putra
Chatib Tunggal Syekh Abdul Makmur Atau Dato Ri Bandang.
Yang kedua
I Lo’mo Ri Antang
Yang ketiga
Syekh Yusuf
Kedua tupanrita
diatas mendengar berita mengenai anak yang cerdas, berperilaku baik dan mulia,
yang bernama Muhammad Yusuf.
Kemudian Yusuf diundang memancing di Danau Mawang.
Ketika mereka memancing
dan hendak membakar rokok, secara tiba – tiba hujan turun, kemudian
tupanritata’ saling bertanya “
I Dato Ri Panggentungan berkata : “
apakah ada yang bawa korek,
kata I Lo’mo Ri Antang : tidak ada dato’
kemudian melihat
tumpukan kayu yang telah dibakar, ternyata apinya telah padam disebabkan hujan.
Kemudian I
Lo’mo mendapat ide : “ Beliau menggunakan air yang menetes di atap rumah –
rumah yang mereka tempati berteduh, untuk membakar rokoknya. Dengan ilmu yang
dimilikinya dan izin Allah rokok Beliau
pun terbakar.
I Dato’ Ri Panggentungan :
“ Beliau merasa malu kalo meminta api kepada I Lo’mo Ri Antang, akhirnya I
Dato’ Ri Panggentungan Memiliki ide tersendiri, kemudian membakar rokok
dengan menggunakan kilat atau petir. Dan akhirnya dengan ilmu yang dimilikinya
dan izin Allah rokok I dato’ itu pun
terbakar.
Nah, sekarang
giliran Syekh Yusuf
Syekh Yusuf : “ Berkata
didalam hatinya, saya juga merasa malu jika saya meminta api rokok pada I Dato Ri Panggentungan Siagang I Lo’mo Ri
Antang. Kemudian Syekh Yusuf memiliki inisiatif sendiri dengan membakar
rokoknya di bawah lumpur danau mawang kira – kira setengah meter, dan dengan
ilmu yang dimiliki Syekh Yusuf dan izin Allah rokok itupun tebakar.
Kedua
tupanritata’ yaitu I Dato Ri
Panggentungan dan I Lo’mo Ri Antang merasa
takjub. Bagaimana tidak, kalau kita mengenal ada pembangkit listrik pembangkit
tenaga air, dan kilat atau petir mengandung unsur api, tapi kalo lumpur ?
sejauh ini tekhnologi belum menemukan.
Contoh Keilmuan
ke dua yang diperlihatkan tupanritata’, Syekh
Yusuf Al Makassari adalah
ketika beliau hendak ke Banten untuk
melakukan safari atau perjalanan ke Makkah
dan Madinah menuntut ilmu, yaitu
pada saat juru masak di atas kapal kehilangan alat yang diperlukan untuk
memasak, karena alat tersebut jatuh kedasar laut, pertama Syekh Yusuf memanggil semua penumpang kapal untuk berdo’a bersama
meminta keridho’an Allah, sang pemberi kehidupan.
Setelah berdo’a Syekh
Yusuf bertanya kepada semua penumpang kapal, adakah yang membawa ikan
kering yang besar.
Ada, kata salah
satu penumpang yang membawa, kemudian bertanya untuk apa ya Syekh Yusuf Pangngulunna Tau Panritayya.
Syekh Yusuf menjawab, saya akan mencoba memberikan aura (
perasaan ) kepada ikan itu untuk mencari alat yang hilang di dasar laut.
Selang beberapa
waktu, ikan yang tadinya tidak bisa bergerak, kemudian berenang mencari alat
yang hilang di dasar laut dan membawanya kembali ke kapal dengan ilmu dan izin Allah.
Diperjalanan Syekh Yusuf Al Makassari Pangngulunna Tau Panritayya, banyak yang menanyakan
kepada beliau, untuk apa ke tanah Makkah
dan Madinah menuntut ilmu, karena
ilmu yang Syekh Yusuf Miliki Sangat –
Sangat Banyak.
Syekh Yusuf menjawab : “ untuk mencari gigi ejana ( Hakikat ) siagang gigi bulaeng ti’nona
( Ma’rifat ) ri butta Makkah. Sedangkan ke Madinah untuk menyulut lantera ri Madinah ( lautan ilmu pengetahuan yang
tidak bertepi ).
Para jama’ah
yang saya muliakan
Kisah di atas
mengajarkan, mengajak, dan menunjukkan kepada kita, untuk berjuang tanpa henti
dalam mencari ilmu dengan sungguh – sungguh.
Kegigihan mencari
ilmu, sangat dianjurkan dalam agama islam, sebagaimana
Pesan – pesan
yang menggugah dalam Hadits Nabi Muhammad SAW
Yang pertama
“ man aroodaddunyaa, fa ‘alayhi bil ‘ilmi. Wa
man aroodal akhiroh, fa ‘alayhi bil ‘ilmi. Wa man arooda humaa fa ‘alayhi bil
‘ilmi.”
Artinya
“ barang siapa
yang menghendaki dunia, maka hendaklah anda berilmu, dan barang siapa yang
menghendaki akhirat maka, hendaklah anda berilmu, dan barang siapa yang
menghendaki keduanya, maka hendaklah anda berilmu.”
Yang kedua
“ Uthlubul ‘Ilma Minal Mahdi Ilal Lahdi”
Artinya
“ carilah ilmu
sejak dari buaian sampai ke liang lahat ”
selanjutnya
“ Uthlubul ‘Ilma Walaw Bishshiyn ”
Artinya
“ carilah ilmu
walau sampai ke negeri cina.”
Kemudian
Penulis buku yang bernama j. Arifin wijaya Mengatakan
“ hanya
orang yang ingin tahu yang akan belajar dan hanya orang yang tegas yang akan
mengatasi rintangan untuk belajar.”
Seorang
motivator yang bernama ( e. Wilson )
“ nilai dari
suatu pencarian selalu lebih mengasyikkan dibanding nilai kecerdasan yang tidak
dimanfaatkan.”
Imam Al Ghazali
" ilmu
bermanfaat menyenangkan dan indah dalam keadaan apapun, selama – lamanya.”
Sayyidinan Ali Bin Abi
Tholib
Ilmu itu lebih baik daripada harta.
Ilmu menjaga engkau dan engkau menjaga harta. Ilmu itu penghukum (hakim) dan
harta terhukum. Harta itu kurang apabila dibelanjakan tapi ilmu bertambah bila
dibelanjakan.
Motivasi dari
Allah, dalam ( QS. Mujaadilah, ayat 11 )
“ Yarfa ‘Illohul Ladziyna Aamanuw
Minkum Wal Ladziyna Uutul ‘Ilma Darojaat ”
Artinya
“ niscaya Allah
akan meninggikan orang – orang yang beriman diantara kamu dan orang – orang –
orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.
Sebagai penutup
Menyimak kata
motivator yang bernama Anshar Akhil
Belajarlah
selalu tentang apa saja, dimana saja, dan kepada siapa saja. Karena, selalu ada
waktunya, untuk kita tidak akan menyesal, tentang apa yang kita usahakan.
Demikian tadi
apa yang dapat kami sampaikan
Salam sukses untuk
anda, yang istiqomah dalam mencari ilmu.
Terima kasih. Mohon maaf…karena waktunya
lebih 3 menit.
Assalamu’alaikum
warohmatullahi wabarokaatuh.